RITUAL dalam religius, dengan harta yang dihitung tidak sedikit untuk kalangan ekonomi menengah kebawah dihadapkan dengan kebutuhan yang beragam dan komplek yang sekarang ini sedang marak dikalangan negara Indonesia…. hampir dapat dikatakan sulit,… bagi ekonomi menengah kebawah, terkecuali golongan ekonomi atas, (ASU GEDHE MENANG KERAHE) sebagai contoh….. sulitnya memperoleh pasokan BBM (minyak tanah)
"MEREKA" untuk mendapatkan minyak tanah harus berebut dengan harga yang melampaui harga standart, hal ini jelas akan berdampak terhadap sekelompok masyarakat khususnya dalam melaksanakan ritual religius pada masing-masing kepercayaan masyarakat, ( bagaimana dengan para pemimpin AGAMA / KEPERCAYAAN untuk melantangkan "ajaran" yang nota bene hanyalah sebuah "DOGMA KEBENARAN"
yang kadang dogma kebenaran ini berseberangan antara Agama / kepercayaan yang satu dengan yang lain. Maka tidak heran kalau mereka saling berebut kebenaran…. sadar atau tidak mereka saling menyalahkan antara yang satu dengan yang lain, inginnya saya mencari dogma kebenaran yang bersifat universal (bukan mayoritas ataupun minoritas) oleh karena itu harapan saya……. dogma yang berseberangan dengan yang lain janganlah menjadi ajaran (menurut saya tidaklah perlu untuk di ekspose karena hal itu pastilah tidak benar………….. hal inipun akan membentuk dogma baru yang juga tidak membenarkan dogma yang sudah ada ….. why ?
maka muncullah aliran-aliran yang dikatakan sesat, hal ini hanya karena berbeda… ???
BHINNEKA TUNGGAL IKA adalah jawaban yang sempurna………. !
Alhamdullilahirobil ‘alamin………… segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. (kalao masih ada peseteruan antara golongan yang satu dengan yang lain, antara agama satu dengan yang lain, antara antagonis dan protagonis
ITU ADALAH SEBUAH KEWAJARAN sesuai dengan hukum alam : 12 jam siang dan 12 jam malam …. lho di benua lain siang malamnya tidak sama 12 jam. CIKA WANDA HIDESMA menghitungnya tetap sama karena tolak ukurnya adalah 06.00 sampai 18.00
dan 18.00 sampai 06.00
inilah teori keseimbangan…………… WOLAK WALIK DEKOK (ars)
0 komentar:
Posting Komentar